U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
TIGA TEKNOLOGI INFORMASI
TUGAS SOFTSKILL
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Nama
: Dicky Firmansyah
Npm : 31116994
Program Studi : Manajemen Informatika
Dosen : Dina Suci Darwati, ST,. MMSI,.
POSTING 3
3.1 Sejarah Perkembangan ERP
ERP dikembangkan
berdasarkan modul-modul fungsional yang meliputi seluruh aspek
sumber daya di dalam sebuah perusahaan/organisasi. Dalam perkembangan ERP tidak terlepas dari perkembangn rekayasa pabrikasi
itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dari
proses pabrikasi juga semakin banyak yang akan berguna bagi tahapan yang sangat lama dengan mengembangan dari sistem yang
telah lahir sebelumnya.
Tahun
|
Perkembangan
|
1972
|
Awal perkembangan ERP yang dipelopori oleh 5 karyawan IBM
di Mannheim jerman yang menciptakan SAP yang berfungsi untuk menyatukan
solusi bisnis.
|
1970-an
|
Merupakan
konsep dari ERP dengan adanya MRP, meliputi: perencanaan dan penjadwalan
kebutuhan material perusahaan
|
1980-an
|
Memperkenalkan
konsep penyatuan kebutuhan material (MRP II) dan kebutuhan sumber daya untuk
proses produksi, dimana pada dasarnya MRP II Adalah penambahan metode
keuangan sehingga lebih memudahkan bagi para pengambil keputusan dalam
menentukan keputusan-keputusannya
|
1990-an
|
Perkembangan
ERP mulai pesat yang salah satunya ditandai dengan performa ekonomi amerika
yang sangat luar biasa pada saat itu.
|
ERP berasal dari
metamorfosis dari MRP (Manufacturing Resources Planning) yang diarahkan
untuk kelompok usaha manufaktur. Seiring dengan perkembangan teknologi, manajerial dan bisnis maka MRP pun berubah
menjadi ERP. Istilah ERP sendiri
diperkenalkan pertama kali oleh Gartner Group.
Tahapan Perkembangan
ERP
·
Tahap I : Material
Requirement Planning (MRP) Merupakan cikal bakal dari ERP, dengan konsep
perencanaan kebutuhan material
·
Tahap II: Close-Loop
MRP Merupakan sederetan fungsi dan tidak hanya terbatas pada MRP, terdiri atas
alat bantu penyelesaian masalah prioritas dan adanya rencana yang dapat diubah
atau diganti jika diperlukan
·
Tahap III:
Manufakturing Resource Planning (MRP II) Merupakan pengembangan dari close-loop
MRP yang ditambahkan 3 elemen yaitu: perencanaan penjualan dan operasi,
antarmuka keuangan dan simulasi analisis dari kebutuhan yang diperlukan
·
Tahap IV: Enterprise
Resource Planning Merupakan perluasan dari MRP II yaitu perluasan pada beberapa
proses bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai pasok dan meliputi lintas
batas fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan secara mudah
·
Tahap V: Extended ERP
(ERP II) Merupakan perkembangan dari ERP yang diluncurkan tahun 2000, serta
lebih konflek dari ERP sebelumnya.
3.2 Pengertian
Sistem ERP
Sampai
saat ini masih terdapat perusahaan yang belum mengintegrasikan sistem informasi
dalam pengelolaan organisasinya. Selama ini dalam prosesnya
perusahaan-perusahaan tersebut hanya didukung oleh aktivitas individual pada
lokasi kerja masing-masing (Warta Ekonomi, 2002). Realitas ini dapat
menyebabkan mudah terjadinya kesalahpahaman dalam komunikasi data antara lokasi
kerja satu dengan lokasi kerja lainnya. Tiap individu akan menyampaikan data
pada lokasi kerjanya sendiri-sendiri, yang bisa jadi terdapat perbedaan
mendasar dalam penyampaian data, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
koordinasi dalam penyediaan data dibandingkan dengan perusahaan yang telah
mengintegrasikan fungsi-fungsinya. (Shebab et al., 2004). Salah satu teknologi
yang berperan mengintegrasikan tiap fungsi dalam perusahaan adalah
teknologi Enterprise Resources Planning (ERP). Teknologi ERP dapat
mengintegrasikan fungsi marketing, fungsi produksi, fungsi logistik,
fungsi finance, fungsi sumber daya manusia, dan fungsi lainnya (Baheshti,
2006). ERP telah berkembang sebagai alat integrasi, memiliki tujuan untuk
mengintegrasikan semua aplikasi perusahaan ke pusat penyimpanan data dan dengan
mudah diakses oleh semua bagian yang membutuhkan (Sabana, 2002) sehingga
menghasilkan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan. Menurut Leon (2005)
sebagaimana juga diungkapkan oleh Genoulaz & Millet, (2006) integrasi data
pada teknologi ERP dilakukan dengan single data entry yakni
sebuah departemen yang berfungsi memasukkan data, maka data ini dapat
digunakan oleh fungsi-fungsi lainnya pada perusahaan.
Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan
suatu cara untuk mengelola sumber daya perusahaan dengan menggunakan teknologi
informasi (Spathis and Constantinides, 2003). Penggunaan teknologi ERP dilengkapi
dengan hardware dan software untuk menunjang
konektivitas dan aliran informasi. Teknologi ini berfungsi untuk mengkoordinasi
dan mengintegrasikan data informasi pada setiap area business processes
sehingga menghasilkan pengambilan keputusan yang cepat karena menyediakan
analisa dan laporan keuangan yang cepat, laporan penjualan yang on
time, laporan produksi dan inventori (Gupta, 2000). Enterprise Resource
Planning (ERP) atau Perencanaan sumber daya perusahaan adalah sistem terpadu
berbasis komputer yang digunakan untuk mengelola sumber daya internal dan
eksternal berwujud termasuk aset, sumber daya keuangan, bahan, dan sumber daya
manusia. Ini merupakan arsitektur perangkat lunak yang bertujuan untuk
memfasilitasi aliran informasi antara semua fungsi bisnis dalam batas-batas
organisasi dan mengelola hubungan dengan para stakeholder di luar. Dibangun di
atas sentralisasi database dan biasanya menggunakan platform komputasi yang
umum, sistem ERP mengkonsolidasi semua operasi bisnis menjadi perusahaan
seragam dan lingkungan sistem yang luas.
Sistem ERP dapat berada pada server terpusat atau
didistribusikan di seluruh modular unit perangkat keras dan perangkat lunak
yang menyediakan “pelayanan” dan berkomunikasi pada jaringan area lokal. Desain
terdistribusi memungkinkan sebuah bisnis untuk mengumpulkan modul-modul dari
vendor yang berbeda tanpa memerlukan penempatan beberapa salinan yang kompleks,
sistem komputer mahal di daerah-daerah yang tidak akan menggunakan kapasitas
penuh. ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) dimana MRP
II sendiri adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang
berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses
manufaktur, logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice
dan akuntasi perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu
mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen
persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia. ERP sering disebut
sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik
secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office
System yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk
e-Commerce, Customer Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.
ERP merupakan suatu cara untuk mengelola
sumber daya perusahaan dengan menggunakan teknologi informasi. Penggunaan ERP
yang dilengkapi dengan hardware dan software untuk mengkoordinasi dan
mengintegrasikan data informasi pada setiap area business processes untuk
menghasilkan pengambilan keputusan yang cepat karena menyediakan analisa dan
laporan keuangan yang cepat, laporan penjualan yang on time, laporan produksi
dan inventori. Program ERP sangat membantu perusahaan yang memiliki bisnis
proses yang luas, dengan menggunakan database dan reporting tools manajemen
yang terbagi. Business processes merupakan sekelompok aktivitas yang memerlukan
satu jenis atau lebih input yang akan menghasilkan sebuah output dimana output
ini merupakan value untuk konsumen. Software ERP mendukung pengoperasian yang
efisien dari business processes dengan cara mengintegrasikan
aktivitas-aktivitas dari keseluruhan bisnis termasuk sales, marketing,
manufacturing, logistic, accounting, dan staffing.
3.3 Manfaat
Sistem ERP
Dengan
menerapkan sistem informasi ERP, manfaat yang dapat dirasakan yaitu :
1. Dengan sistem yang terintegrasi maka
proses pengambilan keputusan akan lebih efektif dan efisien.
2. Dengan menerapkan ERP ada kemungkinan
melakukan integrasi secara global. Sehingga perbedaan – perbedaan
yang terjadi dalam bisnis internasional dapat diintegrasikan.
3. ERP menghilangkan kebutuhan
pemutakhiran dan koreksi data pada banyak sistem komputer yang terpisah.
4. ERP memberikan lingkup kerja
manajemen tidak hanya memonitor saja tetapi melakukan manajemen operasional
juga.
5. Supply chain management dapat
terbantu sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.
3.4 Keuntungan
dan Kelemahan ERP
Keuntungan dari implementasi ERP
antara lain:
·
Integrasi data keuangan. Oleh karena
semua data disimpan secara terpusat, maka para eksekutif perusahaan memperoleh
data yang up-to-date dan dapat mengatur keuangan perusahaan dengan lebih baik.
·
Standarisasi Proses Operasi. ERP
menerapkan sistem yang standar, dimana semua divisi akan menggunakan sistem
dengan cara yang sama. Dengan demikian, operasional perusahaan akan berjalan
dengan lebih efisien dan efektif.
·
Standarisasi Data dan Informasi.
Database terpusat yang diterapkan pada ERP, membentuk data yang standar,
sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah dan fleksibel untuk semua
divisi yang ada dalam perusahaan.
Keuntungan
diatas adalah keuntungan yang dapat dirasakan namun tidak dapat diukur.
Keberhasilan implementasi ERP dapat dilihat dengan mengukur tingkat Return
on Investment (ROI), dan komponen lainnya, seperti:
• Pengurangan lead-time
• Peningkatan kontrol keuangan
• Penurunan inventori
• Penurunan tenaga kerja secara total
• Peningkatan service level
• Peningkatan sales
• Peningkatan kepuasan dan loyalitas
konsumen
• Peningkatan market share perusahaan
• Pengiriman tepat waktu
• Kinerja pemasok yang lebih baik
• Peningkatan fleksibilitas
• Penggunaan sumber daya yang lebih baik
3.4 Fungsi Dasar ERP
1. Mendefinisikan Produk: ada 2 pendekatan definisi yang digunakan,
yaitu: pertama, standard product, yakni produk
mengalami permintaan berulang dan ada inventori; kedua, custom
product, yakni produk dibuat berdasarkan pesanan dan pembelian
material disesuaikan dengan jumlah order.
2. Strategi produksi untuk mengantisipasi kebutuhan sesuai permintaan – ada
dua kategori yang disarankan yakni make to stock dan make to order.
Make to stock hanya dipakai untuk standard product sedangkan
make to order digunakan pada kedua definisi produk yakni standard
product dan custom product. Perbedaan pada strategi produksi make
to order adalah adanya tenggang waktu yang lebih lama antara
pengiriman produk dan proses produksi
3. Menentukan Tipe hubungan antara sales order dan supply order – apabila
menggunakan strategi produksi make to order untuk memenuhi permintaan
pelanggan, maka didapatkan suatu tipe hubungan langsung antara sales order
dengan kebutuhan material. Yakni, ketika order bertambah, maka material yang
dibutuhkan juga akan bertambah. Penentuan tipe hubungan, berfungsi untuk
menentukan kapan material dibutuhkan, berapa jumlah material yang dibutuhkan,
apakah masih ada stok material dan masih perlu dilakukan order kebutuhan
material.
4. Pendekatan terhadap proses produksi praktis – pendekatan proses
produksi secara praktis bertujuan untuk mengurangi tenggang waktu dalam
melaksanakan proses produksi. Pengurangan ini dapat dilakukan dengan
menyederhanakan alur proses material dan rute pengerjaan produk di lantai
produksi.
5. Pendekatan sistem penjadwalan yang baik – Kemampuan untuk
menentukan penjadwalan secara baik di industri manufaktur sangat dipengaruhi
oleh kedinamisan dari jadwal yang ditentukan. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh
jumlah order, ukuran order, kapasitas produksi, keterbatasan sumber daya
perusahaan dan aturan-aturan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar