Komunikasi secara sederhana diartikan sebagai penyampaian
informasi yang jelas dan ditangkap secara baik oleh pendengar. Komunikasi yang
baik dan efektif apabila dilaksanakan dua arah, ada mendengar ada berbicara atau
ada umpan balik.
Namun tak jarang kita masih menjumpai pesan atau informasi yang
kita sampaikan tidak sesuai atau kita mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
Berikut adalah hasil pengalaman dalam pelatihan komunikasi yang
biasa saya laksanakan, hal-hal yang menghambat komunikasi yakni:
1. Hambatan fisik
Hambatan fisik menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fisik atau badan
seseorang, misalnya tuna rungu atau orang yang tidak bisa mendengar. Di sisi
lain, hambatan fisik seperti saya harus berbicara keras dengan nenek saya
karena fungsi pendengarannya yang sudah berkurang. Pesan saya kepada
nenek pun terkadang tidak sesuai.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi terhadap nenek saya ini atau
orang yang memiliki fungsi pendengaran yang kurang maka saya akan berbicara
dengan ekspresi muka yang jelas dan suara lantang sehingga bisa “terbaca”.
Atau, informasi dituliskan sehingga nenek langsung paham maksudnya.
Hambatan komunikasi juga bisa saja terjadi apabila salah satu
pihak memerlukan bahasa isyarat seperti pada orang tuna wicara.
2. Hambatan kepribadian
Saya punya rekan kerja seorang pria yang sangat pemalu. Ia hanya berbicara
seperlunya. Ia tidak punya sahabat dekat, saya pun dihitungnya sahabat baiknya.
Ia mengatakan sudah beberapa kali mengikuti training “public speaking”. Ia
berujar bahwa sulit baginya untuk memiliki topik pembicaraan dengan lawan
jenis. Sifatnya yang minder dan pemalu akhirnya menjadi hambatannya saat kencan
dengan wanita meski menurut saya, sahabat saya ini adalah pria rupawan.
Selain sifat pribadi di atas, orang-orang introvert juga
cenderung mengalami kesulitan untuk membangun percakapan pertama kali.
Kepribadian seperti sanguinis tentu jarang mengalami hambatan
berkomunikasi. Mereka biasanya selalu punya topik pembicaraan dalam benak
mereka dan memiliki pribadi yang menarik komunikatif.
3. Hambatan usia
Tentu tahu bahwa usia kadang menjadi hambatan saat kita berkomunikasi.
Misalnya, anak takut menyampaikan sesuatu kepada orangtuanya. Atau, saat orang
tua bicara anak harus diam mendengarkan, akibatnya komunikasi hanya terjadi
satu arah saja.
Yang paling terkini misalnya, bagaimana anak remaja sekarang
(:baca Alay) menggunakan kalimat-kalimat slank yang sulit dipahami oleh orang
yang lebih tua. Kesenjangan usia memang harus dijembatani dengan baik sehingga
pesan yang disampaikan tercapai.
Di sekolah, kerap saya menemukan ada upaya mediasi antara
orangtua dengan anak melalui guru BP atau guru wali kelas agar tidak terjadi
hambatan komunikasi antara orangtua siswa dengan siswa.
4. Hambatan budaya
Hambatan budaya dapat terlihat seperti yang pernah saya jumpai seorang
perempuan saat saya transit di Bandara Dubai. Ia membutuhkan informasi tapi
saya tidak bisa membalasnya (saat itu saya berbicara bahasa inggris) karena
saya tidak mendengar dengan jelas. Saya tidak bisa melihat ekspresi mukanya
saat berbicara karena dalam budayanya Ia harus mengenakan penutup mulut. Ia
adalah perempuan dari negara belahan Timur Tengah yang memang harus mengenakan
busana demikian.
Atau misalnya, di Thailand untuk mengucapkan kalimat
“terimakasih” akan berbeda bila disampaikan perempuan menjadi “Kopunka”
sedangkan apabila laki-laki menjadi “Kopunkap”.
Untuk budaya tertentu misalnya perempuan dalam berkomunikasi
mendapat porsi nomor dua setelah ayah, suami dan kakak laki-laki.
5. Hambatan bahasa
Bahasa kerap menjadi hambatan bila kita berada di negara yang tidak sama bahasa
ibu yang miliki. Dalam tulisan sebelumnya, saya bercerita bagaimana saya
berupaya membantu teman kelas kursus bahasa jerman yang berasal dari negara
Slovenia. Saya pun menggunakan google translate saat saya menyampaikan tugas
pekerjaan rumah yang kemudian saya kirim lewat email. Meski tidak seratus
persen terjemahan itu benar tapi ia cukup mengerti pesan yang saya sampaikan.
Lain lagi saat saya kedatangan teman dari RRC yang hanya bisa
bahasa ibu dan kami bersahabat untuk bertukar informasi satu sama lain. Saya
tidak bisa bahasa mandarin. Dia tidak bisa bahasa Inggris dan sedikit mengerti
bahasa Indonesia. Saya terkesan sekali saat kami merayakan hari ulang tahun
bersama, saling mentraktir dan berkomunikasi dengan berbagai macam cara seperti
menulis, gerakan tangan, menggambar, ekspresi muka hingga menggunakan alat
peraga. Intinya adalah kita harus saling mendengarkan satu sama lain agar
komunikasi terkesan “nyambung”.
Beberapa kali saya kesasar di negara orang pun, bekal saya dalam
berkomunikasi dengan bahasa sebagai hambatan yakni membawa kamus, alat tulis,
kertas, kalkukator dan alamat kita tinggal.
6. Hambatan kecakapan teknologi
Dalam suatu pertemuan mediasi komunikasi orangtua dan anak di suatu sekolah,
saya menampilkan slide show tentang sms seorang ABG remaja kepada kekasihnya
dengan menggunakan kalimat atau kata-kata slank atau bahasa Alay. Bahasa Alay
menggunakan huruf besar dan huruf kecil dalam satu kata juga cenderung tidak
lengkap sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Apa yang terjadi? Orangtua
tidak bisa menangkap pesan SMS tersebut.
Kecakapan teknologi lainnya seperti penggunaan fitur-fitur
handphone pintar yang tidak semua orang bisa menggunakannya.
Saya pernah mengalami hambatan komunikasi saat tawar menawar
membeli sovenir. Jurus komunikasi saya cuma satu dalam tawar menawar, yakni
bawa kalkulator. Saat sedang tawar menawar kalkulator di HP saya habis baterai.
Atau, mau menggunakan google translate tetapi baterai HP mati.
7. Hambatan lingkungan alam dan kondisi sekitar.
Hal ini bisa mudah ditemui semisal kita menjadi salah menangkap maksud
komunikasi karena suara yang bising atau polusi suara.
Lingkungan alam lain misalnya letak atau jarak pengirim pesan
dengan penerima pesan yang berjauhan menyebabkan informasi tidak diterima
dengan jelas.
Kita juga misalnya akan berbicara dengan pelan saat malam hari,
waktu tidur. Atau waktu tidur siang di beberapa negara Eropa, orang sekitar
diharapkan tidak menimbulkan kegaduhan suara. Sehingga kita cenderung berbisik
atau bersuara pelan jika berbicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar